Laman

profil

Senin, 10 November 2014

Contoh Jurnal Belajar Matematika SMP




UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS VII–2 SMP NEGERI 159 JAKARTA BARAT








LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
PROPINSI DKI JAKARTA
2008

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Memasuki Era Globalisasi yang ditandai oleh pesatnya perkembangan IPTEK dan semakin ketatnya iklim kompetitif di segala aspek kehidupan, merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia agar mampu bersaing dalam percaturan kehidupan antar bangsa.
            Materi kurikulum pendidikan haruslah ditekankan pada mata pelajaran yang sanggup menjawab tantangan global dan perkembangan IPTEK yang sangat cepat . Oleh karena itu mata pelajaran ilmu dasar seperti Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menjadi sangat penting.
            Namun demikian hasil rata-rata nilai matematika dalam UN dua tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari 6,57 menjadi 7,12. Penyebab rendahnya prestasi pembelajaran matematika sedikitnya ada 3 faktor :
Pertama, materi pelajaran dirasakan sukar dan tidak tampak kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, obyek pelajaran matematika sangat abstrak karena banyak terdapat manipulasi lambang-lambang.. Ketiga, model pembelajaran dengan penerapan metoda yang kurang tepat sehingga  sulit dicerna, tidak menarik dan membosankan.
            Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pembelajaran dikelas diperlukan strategi dan perencanaan yang matang dengan pemilihan metoda yang tepat sehingga menarik, menantang dan menyenangkan. Alternative model pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

B. Identifikasi Masalah
            Dengan memperhatikan uraian diatas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1.    Pembelajaran matematika di kelas  lebih banyak didominasi penjelasan guru .
2.    Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat
3.    Metoda yang digunakan masih bersifat konvensional
4.    Rendahnya kualitas pembelajaran matematika di kelas
5.    Rendahnya prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika

C. Perumusan Masalah.
            Berdasarkan identifikasi masalah diatas permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

D. Tujuan Penelitian tindakan kelas (PTK)
  1. Meningkatkan kualitas strategi pembelajaran matematika di kelas.
  2. Siswa mendapatkan perhatian dan kesempatan  yang sama untuk                menyampaikan pendapat, ide, gagasan  dan pertanyaan.
  3. Siswa dapat bekerja sendiri maupun bekerja secara kelompok dalam   menyelesaikan  tugas.
  4. Terjadinya interaksi sosial  dalam pembelajaran

 
 
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakekat Pembelajaran Kooperatif  (Cooperative Learning )
            Model Pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas  menurut kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam pembelajaran kelompok disamping pengembangan kemampuan kognitif ,diperoleh pula pengembangan pribadi melalui relasi interpersonal  yang memungkinkan terjadinya kerja sama tanggungjawab, saling menghargai, mengisi, membagi dan mendorong tumbuhnya rasa percaya diri melalui  pengungkapan ide, gagasan, dan pertanyaan.
Slavin (1995) mengemukakan dua alasan. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial ,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

B. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran kooperatif memiliki karaketristik yang dapat membedakan dengan model pembelajaran yang lain  yaitu: (1) pembelajaran dalam bentuk tim;
(2) kemauan untuk bekerja sama; (3) ketrampilan bekerja sama; dan (4) manajemen Kooperatif.
            Prinsip-prinsip dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (1) prinsip Ketergantungan positif   (positive interdependence); (2) tanggung  Jawab Individual  (individual accountability); (3) interaksi tatap muka (fase to fase promotion interaction); dan (4) partisipasi dan komunikasi (participation  communication). 
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya: (1) proses pembelajaran memiliki aktivitas siswa yang tinggi, memberikan kesempatan yang luas kepada siswa  untuk saling belajar tanpa tergantung kepada guru; (2) peran guru memfasilitasi  pembelajaran dikelas memeberikan tugas atau permasalahan dan mengarahkan kepada kelompok-kelompok untuk menemukan pemecahan masalahnya; (3) membantu  pemberdayaan terhadap siswa untuk meningkatkan motivasi dan tanggung jawab belajarnya; (4) merupakan strategi yang cukup efektif untuk meningkatkan prestasi akademik dan sekaligus kemampuan sosial termasuk mengembangkan ketrampilan komunikatif, relasi interpersonal, mengembangkan harga diri dan  rasa percaya diri; dan (5) guru bukan lagi satu-satunya sebagai sumber belajar, sumber belajar dapat diperoleh dari antara siswa sendiri atau sumber lain.
Kelemahan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya: (1) pembelajaran kooperatif memerlukan  perencanaan yang baik, pemilihan anggota  dalam satu  kelompok  yang rata-rata memiliki  kemampuan kurang  sering menimbulkan terjadinya kemandekan dalam komunikasi; (2) mengembangkan kesadaran bekerja sama dalam kelompok memerlukan periode waktu yang cukup lama, keberhasilan   pembelajaran kooperatif  tidak mungkin  tercapai dalam  satu atau dua kali  penerapan. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif  harus sesering mungkin  dilakukan, sehingga  siswa menjadi terbiasa dan terampil dalam mengembangkan  komunikasi yang efektif; (3) penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan pada hasil kerja kelompok, padahal yang diharapkan sebenarnya adalah prestasi individu siswa; dan (4) kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting, tetapi banyak aktivitas sehari-hari  yang didasarkan  kemampuan individu.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
            Ada 6 tipe model pembelajaran kooperatif yaitu, Group Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI), Student Team Achievement Division (STAD), Learning Together (LT), Jigsaw, dan Team Games Tournament (TGT). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin  dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins.
            Pelaksanaan model pembelajaran koopeeratif tipe STAD melalui tahapan sebagai berikut: (1) penjelasan materi; (2) penjelasan materi pelajaran; (3) validasi oleh guru;  (4) evaluasi;  (5) menentukan nilai individu dan kelompok; dan (6) penghargaan individu atau kelompok.


D. Hakekat Hasil Belajar Matematika
            Belajar matematika merupakan proses pembelajaran yang menekankan aktivitas rasio (penalaran), karena sifatnya yang memiliki obyek langsung yang berupa fakta (istilah, lambang, konvensi), konsep (pengertian), dan skill (keterampilan melakukan operasi hitung, menaksir, mengkomunikasikan, dan membuktikan) maupun obyek tak langsung berupa kebiasaan bekerja baik, cermat, teliti, dan kemampuan mengalihgunakan cara kerja dan nilai positif. Hakekat hasil belajar matematika adalah perubahan yang terjadi pada individu, bukan saja mengenai perubahan  pengetahuan, tetapi juga kecakapan menyikapi berbagai masalah secara logis dan kritis.
            Dalam pembelajaran di kelas sehari-hari  hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti  pembelajaran suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif dan kualitatif. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan penilaian. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian, nilai ulangan tengah semester dan nilai ulangan akhir semester. Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran matematika. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal-soal yang harus dijawab peserta didik dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Tujuan ulangan harian disamping untuk memberikan nilai kepada siswa, juga sebagai pertimbangan untuk memperbaiki program atau rencana pembelajaran  berikutnya.

E. Hakekat Aktivitas Siswa
            Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang berupa sikap perhatian, mendengarkan, aktivitas berfikir, komunikasi dan interaksi sosial dalam rangka menunjang keberhasilan dan memperoleh manfaat dari proses pembelajaran. Peningkatan aktivitas siswa ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, seperti: meningkatnya jumlah siswa yang aktif melakukan tanya jawab, dan saling berinteraksi membahas materi pelajaran. Proses pembelajaran yang partisipatoris memberikan suasana pembelajaran yang lebih kondusif, karena peserta didik senang dan nyaman sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dioptimalkan.

F. Hipotesis Tindakan
            Penelitian ini direncanakan dibagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Melaui tiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa. Hipotesis tindakan dirumuskan sebagai berikut: (1) dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif  tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaan matematika; dan (2) dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan  aktivitas siswa dalam mata pelajaran matematika.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat penelitian
            Penelitian tindakan kelaas ini dilaksanakan di SMP Negeri l59  Jalan Jembatan Besi Raya No. 24 Jakarta Barat,untuk mata pelajaran matematika. Subyek penelitian tindakan ini adalah siswa kelasw VII-2 tahun pelajaran 2007-2008 dengan jumlah siswa  38 orang yang terdiri dari l7 laki-laki dan 21  perempuan. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah  SMP Negeri l59  Jakarta.

B. Waktu Penelitian.
            Penelitian ini akan dilaksanakan  pada awal semester 2 tahun pelajaran 2007-2008 yaitu bulan Februari sampai dengan April 2008. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender pendidikan sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses pembelajaran yang efektif  di kelas.

C. Siklus  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK)
             Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran  matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
            Instrumen input yang akan digunakan dalam PTK adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi himpunan dengan kompetensi dasar (KD) Melakukan operasi irisan, gabungan, selisih, dan komplemen pada himpunan.
            Instrumen  RPP dilengkapi instrumen pembelajaran  berupa: (1) lembar kerja siswa, (2) lembar pengamatan diskusi, (3) lembar evaluasi, dan (4) daftar nama kelompok diskusi yang disusun secara heterogen.

D. Sumber Data
            Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber yaitu: siswa, guru, teman sejawat, dan kolaborator.
 
E. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
a.    Tes: dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa
b.    Observasi: dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam proses pembelajaran
c.    Wawancara: untuk mendapatkan data tentang keberhasilan implementasi pembelajaran
d.    Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolaborator untuk refleksi hasil  siklus PTK

F. Analisis  Data
            Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara diskriptif dengan menggunakan tehnik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1.    Hasil Belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian   kemudian di katagorikan dalam kelas tinggi, sedang dan rendah .
2.    Aktivitas siswa: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam  proses pembelajaran  kemudian dikatagorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.
3.    Implementasi Pembelajaran: dengan menganalisis tingkat keberhasilan Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil.

G. Prosedur Penelitian
            Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 3 siklus. Siklus dalam  PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi sebagai berikut :
1.   Perencanaan (Planing)
a.    Team peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b.    Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) model kooperatif  tipe STAD
c.    Membuat lembar kerja siswa
d.    Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK
e.    Menyusun alat evaluasi
2.   Pelaksanaan (Acting)
a.    Membagi siswa  kedalam delapan kelompok
b.    Penyajian materi pelajaran .
c.    Diberikan materi diskusi
d.    Dalam diskusi kelompok ,guru berperan sebagai pengarah .
e.    Salah satu dari kelompok diskusi mempresentasikan hasil kerja  kelompoknya.
f.     Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
g.     Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan
h.    Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
i.      Melakukkan pengamatan atau observasi.
3.   Pengamatan (Obsevation )
a.    Situasi pembelajaran
b.    Keaktifan siswa  dalam diskusi
c.    Kemampuan siswa berkomunikasi dan bekerjasama dalam diskusi
4.   Refleksi (Reflecting)
Penelitian tindakan kelas ini dipandang berhasil apabila:
  1. Sebagian besar siswa (70%) mampu menjawab materi diskusi  dan pertanyaan guru .
  2. Sebagian besar siswa (70%) berani menanggapi  dan mengemukakan  pendapat  tentang jawaban  siswa lain.
  3. Sebagian besar  siswa  (70%) anggota kelompok aktif mengerjakan tugas kelompoknya.
  4. Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang ditentukan.
 BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian
            Deskripsi hasil penelitian ini diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan. Dalam penelitian ini proses pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus sebagai berikut :
l. Siklus Pertama  (dua kali pertemuan)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus pertama dapat dilihat pada table berikut:          
Tabel 1. Perolehan Skor aktifitas siwa dalam PBM
Kelompok
Skor
Skor
Persentase
Keterangan
perolehan
Ideal
%
I
 9
16
56,25

II
11
16
68,75

III
8
16
50
Terendah
IV
12
16
75

V
11
16
68.75

VI
8
16
50
Terendah
VII
14
16
87.5
Tertinggi
VIII
10
16
62,5

rerata
10,37
16
64,84


            Dengan memperhatikan tabel diatas kelompok VII memiliki aktivitas paling tinggi  (87,5 %), aktivitas terendah pada kelompok VI (50%) sedangkan aktivitas rata-rata siswa pada siklus pertama katagori sedang (64,84%). Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus pertama menunjukkan skor 31 atau 64,5% sedangkan skor idealnya 48. Aktivitas guru pada siklus ini masih rendah. Selain aktivitas guru dalam proses pembelajaran, penguasaan materi pelajaran pun masih tergolong kurang, dari skor ideal 100 rata-rata perolehan skor hanya mencapai 49,50.            
2. Siklus Kedua (dua kali pertemuan)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus kedua sebagai berikut:

Tabel 2. Perolehan Skor aktifitas siwa dalam PBM
Kelompok
Skor
Skor
Persentase
Keterangan
Perolehan
Ideal
%
I
 12
16
56,25

II
13
16
81,25

III
9
16
56,25
Terendah
IV
11
16
68,75

V
12
16
75

VI
10
16
62,5

VII
14
16
87.5
Tertinggi
VIII
13
16
81.25

rerata
11,75
16
73,43


Dengan memperhatikan tabel diatas aktivitas tertinggi tertinggi adalah kelompok VII dan terendah adalah kelompok III (tetap) sedangkan reratanya mencapai 73,43%. Hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran memperoleh skor 39 dari skor ideal 48 dengan prosentasi 81,25 % sedangkan hasil evaluasi siswa terhadap penguasaan materi  mencapai nilai rara-rata 53,1 dari nilai  ideal 100.
3. Siklus Ketiga ( dua kali pertemuan )
Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus ketiga dapat dilihat dari tabel berikut :


Tabel 3. Perolehan Skor aktifitas siwa dalam PBM
Kelompok
Skor
Skor
Prosentase
Keterangan
perolehan
Ideal
%
I
 12
16
75

II
15
16
93’75
Tertinggi
III
11
16
68,75
Terendah
IV
13
16
81,25

V
12
16
75

VI
12
16
75

VII
15
16
93,75
Tertinggi
VIII
13
16
81,25

rerata
12,87
16
80,46



Tabel 3 menunjukkan peningkatan yang signifikan  aktivitas siswa  (80,46 %). Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran  meningkat (83,33 %). Hasil evaluasi siklus ketiga penguasaan siswa terhadap matreri pembelajaran juga menunjukkan kemajuan  dengan nilai rata-rata  60,8.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
1.    Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
2.    Aktivitas siswa dalam pembelajaran ditunjukkan oleh semakin meningkatnya aktivitas tanya jawab, aktivitas kerja sama dalam kelompok dan keberanian  siswa presentasi.
3.    Melalui model
4.    pembelajaran kooperatif tipe STAD ,siswa mulai membangun sendiri pengetahuan ,menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian suatu materi yang harus dikuasai baik secara individu maupun dalam kelompok.
5.    Interaksi antara  siswa dengan siswa  dan  dengan guru yang semakin intensif  membangun suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran
6.    Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD  motivasi belajar siswa meningkat.

Saran
1.    Dalam proses pembelajaran di kelas  guru diharapkan menggunakan model pembelajaran kooperatif TIPE STAD sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.
2.    Diperlukan perencanaan yang cermat baik dari skenario RPP, susunan kelompok,  maupun  dalam pengaturan  ruang kelas dalam suatu proses pembelajaran.

Tidak ada komentar: