UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS VII–2 SMP NEGERI 159 JAKARTA BARAT
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
PROPINSI DKI JAKARTA
2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki
Era Globalisasi yang ditandai oleh pesatnya perkembangan IPTEK dan semakin
ketatnya iklim kompetitif di segala aspek kehidupan, merupakan tantangan bagi
bangsa Indonesia agar mampu bersaing dalam percaturan kehidupan antar bangsa.
Materi kurikulum pendidikan haruslah ditekankan pada mata
pelajaran yang sanggup menjawab tantangan global dan perkembangan IPTEK yang
sangat cepat . Oleh karena itu mata pelajaran ilmu dasar seperti Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menjadi sangat penting.
Namun demikian
hasil rata-rata nilai matematika dalam UN dua tahun terakhir menunjukkan
peningkatan dari 6,57 menjadi 7,12. Penyebab rendahnya prestasi pembelajaran
matematika sedikitnya ada 3 faktor :
Pertama, materi pelajaran dirasakan sukar dan tidak tampak kaitannya
dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, obyek pelajaran matematika sangat abstrak
karena banyak terdapat manipulasi lambang-lambang.. Ketiga, model pembelajaran
dengan penerapan metoda yang kurang tepat sehingga sulit dicerna, tidak menarik dan membosankan.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa
pembelajaran dikelas diperlukan strategi dan perencanaan yang matang dengan pemilihan metoda yang tepat
sehingga menarik, menantang dan menyenangkan. Alternative model pembelajaran yang aktif, kreatif
dan efektif adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika.
B. Identifikasi
Masalah
Dengan
memperhatikan uraian diatas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika di kelas
lebih banyak
didominasi penjelasan guru .
2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang
tepat
3. Metoda yang digunakan masih bersifat
konvensional
4. Rendahnya kualitas pembelajaran matematika di
kelas
5. Rendahnya prestasi siswa dalam mata pelajaran
matematika
C. Perumusan Masalah.
Berdasarkan
identifikasi masalah diatas permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut :
Apakah penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
D. Tujuan Penelitian tindakan kelas (PTK)
- Meningkatkan kualitas strategi pembelajaran
matematika di kelas.
- Siswa mendapatkan perhatian dan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat, ide, gagasan dan pertanyaan.
- Siswa dapat bekerja sendiri maupun bekerja secara
kelompok dalam menyelesaikan tugas.
- Terjadinya interaksi sosial dalam pembelajaran
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakekat
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning )
Model
Pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
siswa dalam proses pembelajaran di kelas
menurut kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Dalam pembelajaran kelompok disamping pengembangan
kemampuan kognitif ,diperoleh pula pengembangan pribadi melalui relasi
interpersonal yang memungkinkan
terjadinya kerja sama tanggungjawab, saling menghargai, mengisi, membagi dan mendorong
tumbuhnya rasa percaya diri melalui pengungkapan ide, gagasan, dan pertanyaan.
Slavin (1995) mengemukakan dua alasan. Pertama, beberapa hasil penelitian
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial
,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri orang lain, serta dapat meningkatkan
harga diri. Kedua, pembelajaran
kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir memecahkan
masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
B. Karakteristik
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif memiliki karaketristik yang dapat membedakan dengan model
pembelajaran yang lain yaitu: (1)
pembelajaran dalam bentuk tim;
(2) kemauan untuk bekerja sama; (3)
ketrampilan bekerja sama; dan (4) manajemen Kooperatif.
Prinsip-prinsip
dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (1) prinsip
Ketergantungan positif (positive interdependence); (2) tanggung Jawab Individual (individual
accountability); (3) interaksi tatap muka (fase to fase promotion interaction); dan (4) partisipasi dan komunikasi (participation communication).
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai
suatu strategi pembelajaran diantaranya: (1) proses pembelajaran memiliki
aktivitas siswa yang tinggi, memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk saling belajar tanpa tergantung kepada
guru; (2) peran guru memfasilitasi
pembelajaran dikelas memeberikan tugas atau permasalahan dan mengarahkan
kepada kelompok-kelompok untuk menemukan pemecahan masalahnya; (3) membantu pemberdayaan terhadap siswa untuk
meningkatkan motivasi dan tanggung jawab belajarnya; (4) merupakan strategi
yang cukup efektif untuk meningkatkan prestasi akademik dan sekaligus kemampuan
sosial termasuk mengembangkan ketrampilan komunikatif, relasi interpersonal, mengembangkan
harga diri dan rasa percaya diri; dan
(5) guru bukan lagi satu-satunya sebagai sumber belajar, sumber belajar dapat
diperoleh dari antara siswa sendiri atau sumber lain.
Kelemahan pembelajaran kooperatif sebagai
suatu strategi pembelajaran diantaranya: (1) pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang baik, pemilihan anggota dalam satu
kelompok yang rata-rata
memiliki kemampuan kurang sering menimbulkan terjadinya kemandekan
dalam komunikasi; (2) mengembangkan kesadaran bekerja sama dalam kelompok
memerlukan periode waktu yang cukup lama, keberhasilan pembelajaran kooperatif tidak mungkin
tercapai dalam satu atau dua
kali penerapan. Oleh karena itu model
pembelajaran kooperatif harus sesering
mungkin dilakukan, sehingga siswa menjadi terbiasa dan terampil dalam
mengembangkan komunikasi yang efektif;
(3) penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan pada hasil
kerja kelompok, padahal yang diharapkan sebenarnya adalah prestasi individu
siswa; dan (4) kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting, tetapi
banyak aktivitas sehari-hari yang
didasarkan kemampuan individu.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Ada 6 tipe model pembelajaran kooperatif
yaitu, Group Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI), Student
Team Achievement Division (STAD), Learning
Together (LT), Jigsaw, dan Team Games Tournament (TGT). Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John
Hopkins.
Pelaksanaan model
pembelajaran koopeeratif tipe STAD melalui tahapan sebagai berikut: (1)
penjelasan materi; (2) penjelasan materi pelajaran; (3) validasi oleh
guru; (4) evaluasi; (5) menentukan nilai individu dan kelompok;
dan (6) penghargaan individu atau kelompok.
D. Hakekat Hasil
Belajar Matematika
Belajar
matematika merupakan proses pembelajaran yang menekankan aktivitas rasio (penalaran),
karena sifatnya yang memiliki obyek langsung yang berupa fakta (istilah, lambang,
konvensi), konsep (pengertian), dan skill (keterampilan melakukan operasi
hitung, menaksir, mengkomunikasikan, dan membuktikan) maupun obyek tak langsung
berupa kebiasaan bekerja baik, cermat, teliti, dan kemampuan mengalihgunakan
cara kerja dan nilai positif. Hakekat hasil belajar matematika adalah perubahan
yang terjadi pada individu, bukan saja mengenai perubahan pengetahuan, tetapi juga kecakapan menyikapi
berbagai masalah secara logis dan kritis.
Dalam
pembelajaran di kelas sehari-hari hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran suatu materi tertentu dari mata pelajaran
yang berupa data kuantitatif dan kualitatif. Untuk mengetahui hasil belajar
siswa dilakukan penilaian. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan
harian, nilai ulangan tengah semester dan nilai ulangan akhir semester. Dalam
penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran matematika.
Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan
bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat
soal-soal yang harus dijawab peserta didik dan tugas-tugas terstruktur yang
berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Tujuan ulangan harian disamping
untuk memberikan nilai kepada siswa, juga sebagai pertimbangan untuk
memperbaiki program atau rencana pembelajaran berikutnya.
E. Hakekat Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran yang berupa sikap perhatian, mendengarkan, aktivitas
berfikir, komunikasi dan interaksi
sosial dalam rangka menunjang keberhasilan dan memperoleh manfaat dari proses
pembelajaran. Peningkatan aktivitas siswa ditandai dengan meningkatnya jumlah
siswa yang terlibat aktif belajar, seperti: meningkatnya jumlah siswa yang
aktif melakukan tanya jawab, dan saling berinteraksi membahas materi pelajaran.
Proses pembelajaran yang partisipatoris memberikan suasana pembelajaran yang
lebih kondusif, karena peserta didik senang dan nyaman sehingga aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran dapat dioptimalkan.
F. Hipotesis
Tindakan
Penelitian ini direncanakan dibagi ke dalam tiga siklus, setiap
siklus mengikuti prosedur perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Melaui tiga siklus tersebut dapat diamati
peningkatan hasil belajar siswa. Hipotesis tindakan dirumuskan sebagai berikut:
(1) dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaan matematika; dan (2) dengan diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mata pelajaran
matematika.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat penelitian
Penelitian tindakan kelaas ini dilaksanakan
di SMP Negeri l59 Jalan Jembatan Besi
Raya No. 24 Jakarta Barat,untuk mata pelajaran matematika. Subyek penelitian
tindakan ini adalah siswa kelasw VII-2 tahun pelajaran 2007-2008 dengan jumlah
siswa 38 orang yang terdiri dari l7
laki-laki dan 21 perempuan. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses pembelajaran di sekolah SMP
Negeri l59 Jakarta.
B. Waktu
Penelitian.
Penelitian ini
akan dilaksanakan pada awal semester 2
tahun pelajaran 2007-2008 yaitu bulan Februari sampai dengan April 2008. Penentuan
waktu penelitian mengacu pada kalender pendidikan sekolah, karena PTK memerlukan
beberapa siklus yang membutuhkan proses pembelajaran yang efektif di kelas.
C. Siklus Penelitian Tindakan
Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksakan
melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa
dalam mengikuti mata pelajaran
matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Instrumen input yang akan digunakan dalam PTK
adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi himpunan dengan
kompetensi dasar (KD) Melakukan operasi irisan, gabungan, selisih, dan
komplemen pada himpunan.
Instrumen RPP dilengkapi instrumen pembelajaran berupa: (1) lembar kerja siswa, (2) lembar
pengamatan diskusi, (3) lembar evaluasi, dan (4) daftar nama kelompok diskusi
yang disusun secara heterogen.
D. Sumber Data
Sumber data dalam
penelitian ini terdiri dari beberapa sumber yaitu: siswa, guru, teman sejawat,
dan kolaborator.
E. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
a.
Tes: dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa
b.
Observasi: dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran
c.
Wawancara: untuk mendapatkan data tentang keberhasilan implementasi
pembelajaran
d.
Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolaborator untuk refleksi hasil siklus PTK
F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus
penelitian dianalisis secara diskriptif dengan menggunakan tehnik persentase
untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1.
Hasil Belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian kemudian di katagorikan dalam kelas tinggi, sedang
dan rendah .
2.
Aktivitas siswa: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kemudian dikatagorikan dalam klasifikasi
tinggi, sedang dan rendah.
3.
Implementasi Pembelajaran: dengan menganalisis tingkat keberhasilan
Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang kemudian dikategorikan
dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam
3 siklus. Siklus dalam PTK ini terdiri
dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planing)
a. Team peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) model kooperatif tipe STAD
c. Membuat lembar kerja siswa
d. Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK
e. Menyusun alat evaluasi
2. Pelaksanaan (Acting)
a. Membagi siswa kedalam
delapan kelompok
b. Penyajian materi pelajaran .
c. Diberikan materi diskusi
d. Dalam diskusi kelompok ,guru berperan sebagai pengarah .
e.
Salah satu dari kelompok diskusi mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
f.
Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
g.
Siswa diberikan kesempatan untuk
memberikan tanggapan
h.
Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
i.
Melakukkan pengamatan atau observasi.
3. Pengamatan (Obsevation )
a.
Situasi pembelajaran
b.
Keaktifan siswa dalam diskusi
c.
Kemampuan siswa berkomunikasi dan bekerjasama dalam diskusi
4. Refleksi (Reflecting)
Penelitian tindakan kelas ini dipandang berhasil apabila:
- Sebagian besar siswa (70%) mampu menjawab materi
diskusi dan pertanyaan guru .
- Sebagian besar siswa (70%) berani menanggapi dan mengemukakan pendapat tentang jawaban siswa lain.
- Sebagian
besar siswa (70%) anggota kelompok aktif mengerjakan
tugas kelompoknya.
- Penyelesaian
tugas kelompok sesuai dengan waktu yang ditentukan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini diuraikan
dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan. Dalam
penelitian ini proses pembelajaran dilakukan
dalam tiga siklus sebagai berikut :
l. Siklus Pertama (dua kali pertemuan)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM
selama siklus pertama dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1. Perolehan
Skor aktifitas siwa dalam PBM
Kelompok
|
Skor
|
Skor
|
Persentase
|
Keterangan
|
perolehan
|
Ideal
|
%
|
I
|
9
|
16
|
56,25
|
|
II
|
11
|
16
|
68,75
|
|
III
|
8
|
16
|
50
|
Terendah
|
IV
|
12
|
16
|
75
|
|
V
|
11
|
16
|
68.75
|
|
VI
|
8
|
16
|
50
|
Terendah
|
VII
|
14
|
16
|
87.5
|
Tertinggi
|
VIII
|
10
|
16
|
62,5
|
|
rerata
|
10,37
|
16
|
64,84
|
|
Dengan
memperhatikan tabel diatas kelompok VII memiliki aktivitas paling tinggi (87,5 %), aktivitas terendah pada kelompok VI
(50%) sedangkan aktivitas rata-rata siswa pada siklus pertama katagori sedang
(64,84%). Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus pertama menunjukkan skor 31 atau 64,5% sedangkan skor idealnya 48. Aktivitas
guru pada siklus ini masih rendah. Selain aktivitas guru dalam proses
pembelajaran, penguasaan materi pelajaran pun masih tergolong kurang, dari skor
ideal 100 rata-rata perolehan skor hanya mencapai 49,50.
2. Siklus Kedua (dua kali pertemuan)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam
pembelajaran pada siklus kedua sebagai berikut:
Tabel 2. Perolehan
Skor aktifitas siwa dalam PBM
Kelompok
|
Skor
|
Skor
|
Persentase
|
Keterangan
|
Perolehan
|
Ideal
|
%
|
I
|
12
|
16
|
56,25
|
|
II
|
13
|
16
|
81,25
|
|
III
|
9
|
16
|
56,25
|
Terendah
|
IV
|
11
|
16
|
68,75
|
|
V
|
12
|
16
|
75
|
|
VI
|
10
|
16
|
62,5
|
|
VII
|
14
|
16
|
87.5
|
Tertinggi
|
VIII
|
13
|
16
|
81.25
|
|
rerata
|
11,75
|
16
|
73,43
|
|
Dengan memperhatikan tabel diatas aktivitas
tertinggi tertinggi adalah kelompok VII dan terendah adalah kelompok III (tetap)
sedangkan reratanya mencapai 73,43%. Hasil observasi aktivitas guru dalam
pembelajaran memperoleh skor 39 dari skor ideal 48 dengan prosentasi 81,25 %
sedangkan hasil evaluasi siswa terhadap penguasaan materi mencapai nilai rara-rata 53,1 dari nilai ideal 100.
3. Siklus Ketiga ( dua kali pertemuan )
Hasil observasi aktivitas siswa dalam
pembelajaran siklus ketiga dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3. Perolehan
Skor aktifitas siwa dalam PBM
Kelompok
|
Skor
|
Skor
|
Prosentase
|
Keterangan
|
perolehan
|
Ideal
|
%
|
I
|
12
|
16
|
75
|
|
II
|
15
|
16
|
93’75
|
Tertinggi
|
III
|
11
|
16
|
68,75
|
Terendah
|
IV
|
13
|
16
|
81,25
|
|
V
|
12
|
16
|
75
|
|
VI
|
12
|
16
|
75
|
|
VII
|
15
|
16
|
93,75
|
Tertinggi
|
VIII
|
13
|
16
|
81,25
|
|
rerata
|
12,87
|
16
|
80,46
|
|
Tabel 3 menunjukkan peningkatan yang
signifikan aktivitas siswa (80,46 %). Hasil observasi terhadap aktivitas
guru dalam pembelajaran meningkat (83,33
%). Hasil evaluasi siklus ketiga penguasaan siswa terhadap matreri pembelajaran
juga menunjukkan kemajuan dengan nilai
rata-rata 60,8.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
2.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran ditunjukkan oleh semakin meningkatnya
aktivitas tanya jawab, aktivitas kerja sama dalam kelompok dan keberanian siswa presentasi.
3.
Melalui model
4.
pembelajaran kooperatif tipe STAD ,siswa mulai membangun sendiri
pengetahuan ,menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian suatu materi
yang harus dikuasai baik secara individu maupun dalam kelompok.
5.
Interaksi antara siswa dengan
siswa dan dengan guru yang semakin intensif membangun suasana yang kondusif dan
menyenangkan dalam proses pembelajaran
6.
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD motivasi belajar siswa meningkat.
Saran
1.
Dalam proses pembelajaran di kelas
guru diharapkan menggunakan model pembelajaran kooperatif TIPE STAD sebagai
alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika.
2.
Diperlukan perencanaan yang cermat baik dari skenario RPP, susunan kelompok, maupun
dalam pengaturan ruang kelas
dalam suatu proses pembelajaran.